Rabu, 29 Februari 2012

KITAB SHOKHEH BUKORI


  1. Memelihara dan Meningkatkan Daya Ingat
    Publikasi: 26/02/2002 10:32 WIB

    eramuslim - Kemampuan mengingat pasti tidak sama pada setiap orang. Namun, cara yang sama bisa digunakan setiap orang untuk memelihara dan meningkatkan daya ingat masing-masing. Cara itu sederhana dan mudah dipraktikkan.

    Ingatkah kita pada urutan abjad? Bila ya, berarti kita ingat pada 26 hal. Bagaimana dengan nama-nama anggota keluarga, orang tua, mertua, saudara, dan ipar beserta anggota keluarga mereka? Kalau juga ingat, berarti kita ingat puluhan hal lain. Bagaimana pula dengan judul-judul lagu kegemaran kita sejak kecil hingga sekarang? Ingat pada judul lagu-lagu tadi, berarti hal-hal yang kita ingat bertambah menjadi ratusan. Bila kita pun ingat pada pekerjaan yang baru kita selesaikan, hal-hal yang telah kita rencanakan, dan rute jalan dari rumah menuju ke kantor p.p., artinya kita telah mengingat ribuan atau lebih hal lain.

    Beberapa contoh tadi menunjukkan kita memiliki daya ingat sangat menakjubkan. Sebenarnya, kita telah mengingat berjuta-juta hal dan masih bisa mengingat jutaan lagi. Daya ingat kita memang merupakan kemampuan luar biasa.

    Minat dan kepentingan
    Salah satu hal yang membuat kita memiliki daya ingat baik adalah adanya minat. Seorang sekretaris yang mencintai pekerjaannya dapat mengingat puluhan nama dan nomor telepon dari orang-orang yang biasa dihubunginya. Seorang anggota satpam mampu mengingat merek, jenis, dan nomor mobil karyawan perusahaan tempatnya bekerja. Mereka dapat mengingat karena mereka berminat atau berkepentingan pada hal-hal tersebut.

    Sebaliknya, seorang pria mungkin sulit mengingat model sebuah gaun di etalase toko, bahkan tak ingat warnanya, apalagi jumlah kancingnya. Pasalnya, dia tidak berminat atau berkepentingan pada gaun itu. Namun, dia dapat dengan mudah mengingat merek, tipe, dan warna sepeda motor balap terbaru yang sekilas dilihatnya di areal parkir, sesuatu yang mungkin tidak dapat diingat seorang wanita.

    Situasi dan tempat juga sering membantu seseorang untuk mengingat sesuatu. Seseorang yang baru kita kenal di bandara, ketika kita hendak ke luar kota, tentu mudah kita kenali begitu beberapa hari kemudian bertemu lagi di tempat yang sama. Namun, bila bertemu dia ketika kita sedang berlibur ke suatu tempat di luar negeri yang baru sekali kita kunjungi, ada kemungkinan kita lupa pada dia.

    Sampai sekarang para peneliti masih belum sanggup menjelaskan secara tepat, cara otak mengingat sesuatu. Namun diyakini, selama hidup kita cuma menggunakan kurang dari 0,0001 bagian kemampuan otak kita sebenarnya.

    Di balik kemampuan otak kita yang begitu besar, ternyata masih tersisa pertanyaan, "Mengapa manusia juga mudah, atau bahkan sering, lupa?" Lupa janji, lupa tempat barang tertentu, lupa nama orang, lupa yang hendak dibeli, dan masih banyak lupa lainnya.

    Penyebabnya, selain tidak adanya minat dan kepentingan, serta situasi dan tempat yang mendukung tadi, otak juga memiliki mekanisme otomatis untuk melupakan hal-hal kurang penting. Coba bayangkan betapa rumitnya hidup bila otak mengingat semua hal yang kita temui, setiap wajah yang pernah kita lihat sekilas, setiap warna dan bentuk benda yang pernah kita pandang, setiap kata yang pernah kita dengar. Jadi, otak cuma mengingat hal-hal yang kita perhatikan secara khusus.

    Perlu bicara sendiri
    Untuk meningkatkan daya ingat, kita bisa memanfaatkan semua indera kita, terutama penglihatan dan pendengaran. Kita dapat mengingat sesuatu yang kita lihat. Begitu pula dengan yang kita dengar. Memanfaatkan gabungan kedua indera akan lebih memperkuat daya ingat. Maka, selain melihat, kita ucapkan sesuatu yang kita lihat dengan kata-kata kita sendiri. Ini akan lebih membantu kita untuk mengingat.

    Nah, untuk membantu mengingat jika berkenalan dengan seseorang, dengarkan dengan saksama nama yang diucapkannya. Bila perlu tanyakan cara mengejanya. Kartu nama dapat membantu. Begitu kita sudah menambahkan nama itu dalam daftar nama yang perlu diingat, peluang lupa akan berkurang. Otak, seperti halnya komputer, tidak dapat mengeluarkan data yang pernah dimasukkan.

    Ulangilah nama itu. Pada saat hendak berpisah, ulangilah namanya ketika bersalaman. Ketika bercerita dengan orang lain, lebih baik sebut nama orang yang kita ceritakan ketimbang menyebut hubungannya dengan kita, misalnya relasi, klien, dsb. Dengan begitu kesannya akan lebih dalam karena kita sudah mengulanginya beberapa kali.

    Cara lain mengingat nama adalah dengan mengasosiasikan nama itu dengan sesuatu yang mirip kedengarannya. Misalnya, bila kita berkenalan dengan seseorang bernama Benyamin Mansur, kita dapat mengasosiasikannya dengan kata "dijamin manjur". Contoh lainnya, Daniel Purba bisa diasosiasikan dengan "kuda nil hewan purba".

    Lebih baik lagi bila kita dapat membayangkannya. Umpamanya, Benyamin Mansur berdiri di tepi jalan sebagai penjual obat, menggelar dagangannya beralaskan koran, sambil berteriak-teriak, "Dijamin manjur, dijamin manjur." Kita pasti akan lebih mudah mengingat namanya bila di lain waktu bertemu lagi dengannya.

    Kita juga bisa berbicara sendiri tentang sesuatu yang kita rencanakan. Misalnya, "Saya harus membeli susu dalam perjalanan pulang nanti." Juga tentang sesuatu yang telah kita lakukan. Misalnya, "Saya telah mengunci pintu." Mungkin kedengarannya konyol, tapi terbukti sangat efektif. Di sini telinga kita menguatkan ingatan kita. Tapi ingat, mengucapkannya tak perlu keras-keras, supaya tidak menimbulkan pertanyaan di benak orang.

    Mengulangi sesuatu membantu pula daya ingat kita. Kita bisa mengulangi suatu informasi yang baru didengar atau baca agar dapat tetap mengingatnya. Yang perlu diperhatikan, kita mesti berhati-hati agar tidak terkesan kita sedang memamerkan pengetahuan. Bila kita membaca sesuatu, yang dapat kita ingat hanya sekitar 20%. Dengan mengulangi pembacaan keesokan harinya, lalu minggu berikutnya, sebagian besar informasi yang kita baca akan kita ingat.

    Jangan istirahatkan otak
    Pada umumnya orang menghubungkan lupa dengan ketuaan. Memang, pertambahan usia mengakibatkan menurunnya reaksi, karena sel-sel otak tidak memperbaharui diri sendiri. Namun, ada beberapa cara untuk mempertahankan fungsi otak. Misalnya, bersikap optimis, pembawaan yang riang, olahraga bisa mengurangi stres yang menghambat fungsi otak untuk mengingat.

    Terus menggunakan otak juga akan menguatkannya. Seperti halnya otot, otak yang sering digunakan akan menjadi lebih kuat. Jadi, tidak benar kita perlu mengistirahatkan otak agar kondisi otak tetap baik. Otak tidak seperti ruangan yang terbatas daya tampungnya. Atau seperti komputer yang terbatas kapasitasnya.

    Ada puluhan miliar sel saraf dalam otak yang digunakan untuk mengingat. Semakin banyak data masuk, semakin banyak pula terbentuk sambungan antarsel saraf. Berarti, semakin besar kapasitas daya ingatnya. Jadi kata-kata "ingat di luar kepala" sebenarnya tidak terlalu tepat. Yang lebih tepat adalah "ingat di dalam kepala".

    Dengan daya ingat yang tajam, kita dapat memperoleh banyak manfaat. Kita tidak memerlukan alat bantu berupa catatan yang tidak selalu praktis. Contohnya, jika kita bertemu seseorang di kantor, memang kita mudah mencatat berbagai hal. Namun, bila bertemu di sebuah pesta tentu tidak praktis melakukan catat mencatat. Lagi pula, catatan bisa hilang atau tertinggal. Maka daya ingat kita merupakan "buku catatan" paling baik yang kita miliki tanpa harus membeli. (Berny Elim)

    KOMUNIKASI YANG BAIK : APAKAH RAHSIANYA?

  2. KOMUNIKASI YANG BAIK : APAKAH RAHSIANYA?

    Saya sering ditanya oleh beberapa orang rakan, bagaimana caranya memiliki komunikasi yang baik khususnya di hadapan khalayak? Soalan ini sebenarnya memerlukan satu jawapan yang agak fleksibel bergantung kepada keadaan dan minat seseorang dalam mendalami seni komunikasi. Tambahan pula, saya bukanlah orang yang terbaik untuk bercerita tentang teknik komunikasi, namun setidak-tidaknya saya mempunyai pengalaman yang harus dikongsi dengan ikhwah dan akhawat. Bagi saya sendiri, apa yang telah dicapai di dalam hidup saya bukanlah yang terbaik yang boleh dicapai oleh seseorang, anda rasanya mampu mencapai lebih dari ini sekiranya anda mahu!

    Komunikasi ialah seni
    Adalah satu perkara yang tidak dapat dinafikan bahawa komunikasi yang baik ialah satu perkara yang perlu ada kepada setiap individu yang ingin muncul sebagai da’ie. Namun, hakikat yang perlu diakui ialah Allah SWT tidak menjadikan semua individu mempunyai kebolehan semulajadi untuk berkomunikasi dan menyampaikan idea secara spontan di hadapan khalayak.
    Bagi saya, komunikasi ialah satu seni (art). Sebagaimana seseorang memiliki kemahiran di dalam seni peperangan, melukis, khat malah sukan sekalipun, maka begitulah juga dengan seni komunikasi. Malah kalau boleh saya namakan ia adalah art of speaking. Seni inilah yang perlu di up-date kan dari masa ke semasa sesuai dengan tuntutan zaman.
    Jika timbul persoalan, kenapa anda perlu menguasai seni ini? Jawapannya, masyarakat umum hanya akan mempercayai maklumat yang anda sampaikan jika ia meyakinkan mereka. Namun, bagaimanakah anda boleh meyakinkan mereka seandainya anda sendiri kelihatan tidak meyakinkan? Lebih dari itu, anda tidak mampu mempersembahkan maklumat dengan cara yang terbaik. Seni komunikasi yang baik ialah kunci kepada persembahan maklumat yang berkesan! Saya umpamakan seperti seseorang yang menjual ubat di jalanan, kaedah dia mempersembahkan produknya itulah kadang-kadang merupakan faktor utama untuk melariskan jualan. Ia berbeza dengan seseorang yang tidak mampu mempromosikan produk dengan baik, sekalipun produknya memang baik, ia tidak mampu dijual dengan laris.
    Berdasarkan pengalaman dan fakta, saya akan cuba menghuraikan beberapa rahsia asas dan kaedah-kaedah berkomunikasi dengan baik dan memberikan ucapan yang sempurna.

    Apakah Rahsia Asas Untuk Menguasai Seni Komunikasi Dengan Baik?

    Pertama : Sekitar 10 tahun yang lampau (1993 : umur saya 13 tahun), ketika saya baru saja menjejakkan kaki ke alam remaja, satu cita-cita terpahat di dalam diri saya, aku mesti menjadi ahli komunikasi yang baik! Cita-cita ini terpahat di dalam diri saya buat beberapa lama sehinggalah saya mempunyai hak milik ke atas duit saku saya sendiri untuk membeli kaset-kaset ceramah dan sebagainya. Waktu itu, saya mempunyai beberapa penceramah yang menjadi idola peribadi saya. Saya mula mengkaji bagaimana penceramah-penceramah ini mengemukakan ideanya dengan cara yang berbeza antara satu sama lain. Lalu, timbul keinginan di dalam hati saya bahawa saya perlu memiliki kemahiran ini. Saya simpulkan, rahsia pertama ialah keinginan! Tanyalah diri sendiri, mahukah anda memiliki komunikasi yang baik. Kalau ya, anda sebenarnya sedang menerokai jalan untuk berjaya, dan anda sudahpun 50% berjaya! Malangnya kalau tidak, rencana ini bukanlah untuk anda!

    Kedua : Anda perlu mempunyai ‘sesuatu’ untuk dinyatakan. ‘Sesuatu’ yang dimaksudkan bahan. Seorang penceramah yang baik tidak seharusnya hanya mempunyai bahan-bahan yang sama sahaja untuk diulangi di tempat yang sama. Bagaimanakah anda boleh mengumpulkan bahan-bahan seperti ini? Ia sebenarnya tidaklah terlalu payah di zaman teknologi dan maklumat seperti sekarang. Anda boleh bercerita tentang kisah-kisah di dalam Al-Quran dengan membaca kitab-kitab tafsir yang mudah didapati di perpustakaan. Anda juga boleh bercerita tentang isu-isu semasa dengan hanya membelanjakan sedikit wang untuk membeli akhbar-akhbar. Anda juga mungkin boleh membeli kaset-kaset penceramah yang sudah agak terkenal dan mengkaji bagaimanakah metodologi pendekatan mereka mengemukakan sesuatu isu. Pepatah Arab juga ada menyatakan : فاقر الشئ لا يعطى
    Namun anda perlu beringat-ingat apabila berbicara tentang agama khususnya kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Quran dan hadis. Pastikan apa yang anda sampaikan mempunyai sandaran yang benar-benar kukuh! Jikalau tidak, sekali sahaja anda terlanjur, pendengar akan memandang rendah terhadap anda. Lebih jauh dari itu, anda akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Saya sudah melihat ramai di kalangan penceramah yang baik namun tidak berhati-hati semasa membaca nas-nas daripada Al-Quran mahupun Hadis. Kesilapan yang tidak sepatutnya dilakukan menyebabkan kelemahan tertonjol dengan begitu jelas.

    Ketiga : Seterusnya, apabila anda mempunyai keinginan dan bahan, kenapakah anda masih gugup untuk berkomunikasi di hadapan khalayak? Jawapannya, anda memerlukan latihan. Biasakan diri anda untuk bercakap di hadapan khalayak. Jangan sesekali melarikan diri apabila dipertangungjawabkan. Tidak perlu menunggu medan-medan yang besar (seperti rapat umum) untuk berucap, mungkin sudah cukup dengan kumpulan-kumpulan usrah, kelas pembelajaran dan sebagainya.
    Saya masih ingat latihan yang saya terima untuk membiasakan diri dalam menyampaikan ucapan. Saya dilatih untuk memberikan kuliah di madrasah-madrasah ketika saya berumur 15 tahun. Masih saya ingat guru saya, Ustaz Mohd Mansor Haji Daud - sekarang KPP (Pendidikan) YIK – sering membawa saya ke tempat-tempat beliau menyampaikan kuliah. Beliau diundang untuk memberikan pengisian di dalam program mahasiswa, masyarakat kampung dan lain-lain. Semuanya memerlukan pendekatan yang berbeza. Pendekatan-pendekatan seperti inilah yang didedahkan kepada saya di dalam perjalanan pergi dan balik. Seterusnya, beliau sering mengarahkan saya untuk menggantikan tempat beliau menyampaikan kuliah dan ceramah di lokasi-lokasi yang berdekatan. Apa yang merimaskan, beliau sering memberitahu saya untuk berbuat demikian lebih kurang 10-20 minit sebelum program bermula! Namun, itulah yang melatih saya dan membiasakan diri saya untuk memberikan ucapan tanpa persediaan. Sehingga kini, saya sebenarnya berterima kasih kepadanya keana mendera saya sedemikian rupa.
    Itu hanyalah sekadar pengalaman, saya yakin seandainya kita semua sentiasa mencari peluang untuk melatih diri berkomunikasi di hadapan khalayak, ia mampu untuk menghilangkan gementar dan mengikis gugup. Apa yang menjadi masalah ialah, ramai di kalangan kita sering mengelakkan diri bila ditaklifkan untuk berkomunikasi di hadapan khalayak hatta di dalam kelas sekalipun! Sikap ini ialah sesuatu yang negatif di dalam hidup kita. Untuk berjaya, anda perlu mengikis sikap negatif ini.

    Ketiga-tiga rahsia asas di atas (keinginan, bahan dan latihan) ialah perkara-perkara yang bagi saya tidak dapat tidak harus dimiliki oleh seseorang yang mahu menguasai seni komunikasi. Semakin lama kita berkecimpung di dalam bidang ini, maka semakin kita masak sebenarnya dengan asam garam komunikasi yang akhirnya menjadikan kita manusia yang berpengalaman. Seterusnya, saya ingin berkongsi sedikit sebanyak petua-petua yang harus anda amalkan apabila berkomunikasi di hadapan khalayak. Antaranya :

    1. Mengawal perasaan gemuruh : anda harus cuba untuk memerangi perasaan ini semaksima yang mungkin. Tidak dapat dinafikan, perasaan ini pastinya akan bertandang tambahan pula jika anda bercakap di hadapan orang yang anda segan dan hormati (berdasarkan pengalaman saya, paling sukar ialah berucap di hadapan guru-guru dan pensyarah kita sendiri). Namun ia perlu dikawal. Anggaplah bahawa anda ingin menyampaikan bahan yang masih belum diketahui oleh pendengar.

    2. Membuka ucapan dengan pembukaan yang baik : Pembukaan yang baik ialah satu keistimewaan yang mampu menarik pendengar untuk mendengar ucapan seterusnya. Ucapan biasanya dibuka dengan kata-kata aluan selepas sedikit puji-pujian kepada Allah, selawat dan doa. Ia satu pembukaan yang cukup sempurna dan bertepatan dengan sunnah. Seterusnya anda perlu mengambil berat mengenai protokol ucapan mengikut keutamaan pendengar dimulai dengan pengerusi majlis sendiri. Pembukaan dan permulaan ucapan yang baik inilah yang membentuk persepsi awal (first impression) pendengar terhadap anda. Agak istimewa juga jika anda dapat memulakan ucapan dengan serangkap pantun, namun ia juga tidak sesuai jika dilakukan sentiasa.
    Elakkan sama sekali menyatakan sesuatu yang membuatkan pendengar menjadai tidak tertarik dengan apa yang akan anda sampaikan. Sebagai contoh, anda menyatakan “Maafkan saya kerana tidak bersedia untuk berucap, ini kerana saya baru saja dimaklumkan..” Perkataan-perkataan seperti ini seolah-oalh anda ingin memindahkan kesalahan dan kecacatan ucapan anda kepada orang lain sekalipun anda bukanlah benar-benar berniat demikian. Buatlah sebaik mungkin dan biarlah pendengar yang menghakimi mutu ucapan anda.
    Jika anda boleh menghafal mana-mana pembukaan ucapan yang biasa diucapkan oleh Rasulullah SAW, itu lebih baik kepada seorang da’ie.

    3. Bahasa yang sesuai : Sesuaikan bahasa yang ingin digunakan dengan keadaan pendengar. Jangan sesekali menggunakan bahasa yang terlalu tinggi dan intelek apabila berbicara dengan masyarakat umum di kampung-kampung. Ia akan menyebabkan anda ditolak dari awal lagi. Begitu juga jangan menggunakan bahsa kampung yan rendah mutunya bila berhadapan dengan golongan yang terpelajar. Ia akan menyebabkan anda dipandang rendah dan apa yang akan anda sampaikan dianggap sebagai tidak bermutu. Gunakan contoh-contoh bidalan yang berkaitan dengan persekitaran pendengar. Sebagai contoh, apabila anda menyampaikan ceramah agama di hadapan pelajar-pelajar jurusan sains, anda oleh mendatangkan contoh-contoh yang berkait rapat dengan sains yang terdapat di dalam Al-Quran. Jika anda mampu untuk melakukan seperti ini, anda sebenarnya memberikan satu keyakinan kepada pendengar dan juga kepada diri anda sendiri!
    Dalam masa yang sama, anda juga boleh menggunakan sekali-sekala lenggok bahasa yang mempunyai nilai sastera yang tinggi supaya apa yang anda sampaikan benar-benar menyentuh hati dan perasaan. Pembacaan yang banyak boleh membantu anda dalam hal ini.

    4. Penutup yang sempurna : Apabila anda ingin menutup ucapan, cuba datangkan kesimpulan yang lengkap terhadap apa yang anda sampaikan secara ringkas. Elakkan dari mengamalkan sindrom ‘susah nak berhenti’. Jangan sesekali mengulangi dengan ulangan yang banyak ungkapan ‘Akhirnya....’ dan sebagainya secara berulang-ulang. Apabila anda menyatakan anda ingin menghentikan ucapan, maka lakukan segera tanpa bertangguh-tangguh dan meleret-leret. Lebih baik anda menghentikan ucapan ketika pendengar masih asyik dengan apa yang anda sampaikan daripada anda berucap panjang lebar dalam keadaan pendengar sudah bosan dan melihat jam berulang kali!

    Akhir kata, teori-teori yang saya paparkan ini bukanlah merupakan teori mutlak untuk berjaya. Apa yang penting ialah, semangat ingin mencuba dan istiqomah dengan semangat yang ada. Jangan sesekali lari dari tugas dan dan memilih untuk berada di belakang semata-mata kerana tidak mahu berkomunikasi di hadapan khalayak. Percayalah, orang penakut tidak akan berjaya selama-lamanya.

    http://www.ahmadfadhli.com/
    15 Februari 2003

    Malik Haiden

  3. MALIK MYDEN HERO KITA

    Untuk renungan.

    Tahniah kita ucapkan kepada Malik Mydin 'Hero' kita kerana berjaya menyeberangi selat Inggeris 4 Ogos lalu. Berikut di bawah merupakan fakta-fakta di sebalik kejayaan beliau. -orang pertama berenang
    merentasi lautan bermula dari Jeti LKIM, Kuala Perlis ke Pulau Langkawi.


    - rakyat Malaysia dan Asia Tenggara pertama merentasi Selat Inggeris.

    "berjaya melaksanakan misinya merentasi Selat Inggeris pada 3 Ogos 2003 (tarikh London) atau awal pagi 4 Ogos 2003 Malaysia.

    Malik, 28 tahun,anak kelahiran Kg. Gajah, Butterworth mencipta kejayaan itu selepas berenang selama 17 jam 30 minit 15 saat. Beliau bermula pada pukul 2.10 pagi (9.10 pagi Malaysia) dari pantai Abbots Cliff, Dover dan berakhir di pantai Wissant, Calais Perancis pada pukul 7.40 petang (2.40 pagi, Isnin Malaysia)." - DIPETIK DARI MALIKMYDIN.COM

    Fakta Menarik!

    -Berenang 17 jam 30 minit 15 saat

    -Kalau bertolak pukul 2.10 pagi, 12 jam selepas itu ialah pukul 2.10 petang.

    -Andaikan waktu solat subuh 3.19 pagi, zuhur 1.08 t/hari dan asar 5.09 petang, maghrib 8.29 malam ( waktu London )

    - Bermakna Malik Mydin telah miss solat subuh!

    - Tambah lagi 5 jam 1/2 seterusnya ialah pukul 7.40 malam.

    - Bermakna, Malik Mydin telah miss solat Zuhur dan Asar!

    - Bagaimana pula dengan maghrib? – Mungkin selamat kut sebab maghrib start pukul 8.++

    - So, satu lagi fakta menarik Malik Mydin iaitu, Rakyat Malaysia PERTAMA skip solat subuh, zuhur dan asar untuk merenangi Selat Inggeris yang sebenarnya boleh diseberangi dengan menaiki bot! Tak payah susah nak berenang…!

    - Kesimpulannya, janganlah kita menjual akhirat kita untuk kesenangan yang amat sedikit di dunia ini. Ingatlah, kita di muliakan bukannya disebabkan BANGSA kita atau NEGARA kita, tetapi KITA DIMULIAKAN KERANA KITA BERAGAMA ISLAM. Sempena bulan kemerdekaan ini bersama kita perbetulkan motto kita bukannya KERANAMU MELAYSIA, tetapi KeranaMu Allah(lillahitaala).

    Insya Allah... Allahuakbar!

    LUQMAN AL HAKIM: MODEL TARBIYAH ISLAM

  4. LUQMAN AL HAKIM: MODEL TARBIYAH ISLAM
    APABILA menyebut soal pendidikan anak-anak secara tidak langsung ia lebih tertumpu kepada tugas dan tanggungjawab ibu bapa. Untuk mendidik anak-anak menjadi insan yang kamil tidaklah semudah yang diperkatakan dalam buku, majalah dan seminar.
    Ia lebih menekankan soal keinsafan, kesedaran dan sikap tanggungjawab yang mendalam di samping mempunyai aqidah yang kental terhadap Allah SWT. Justeru itu, Allah SWT telah merakamkan beberapa keistimewaan yang dilakukan oleh Luqmanul Hakim sewaktu mendidik anak. Di antara nasihat Lukman kepada anaknya ialah:
    1. Hendaklah engkau selalu berada di majlis para ulama' dan dengarlah kata-kata para hukama (orang yang bijaksana), kerana Allah menghidupkan jiwa yang mati dengan hikmat sepertimana menghidupkan bumi yang mati dengan hujan yang lebat.
    2. Janganlah engkau jadi lebih lemah daripada seekor ayam jantan, ia telah berkokok pada waktu pagi hari sedangkan engkau pada ketika itu masih terbaring di atas katilmu.
    3. Janganlah engkau menangguhkan taubat kepada Allah kerana mati itu akan datang tiba-tiba.
    4. Dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak orang sudah ditenggelamkannya. Oleh itu, jadikanlah taqwa sebagai kapalnya.
    5. Pukulan bapa ke atas anaknya bagaikan air menyirami tanaman.
    6. Tiga orang yang tidak dapat dikenali melainkan pada tiga keadaan. Orang yang lemah lembut melainkan ketika marah, orang yang berani melainkan ketika berperang dan saudara maramu melainkan ketika engkau berhajat dan memerlukan pertolongan daripadanya.
    7. Sesungguhnya dunia ini sedikit sahaja, sedangkan seluruh umurmu lebih sedikit daripada itu. Manakala umurmu yang masih berbakti lagi amat sedikit daripada yang lebih sedikit tadi.
    AQIDAH
    Masalah aqidah adalah masalah yang paling penting dalam kehidupan seorang muslim. Ia merupakan asas atau tapak bagi pembangunan Islam. Dewasa ini kita dapati banyak penyelewengan terjadi sama ada dari segi pemikiran, perkataan mahupun tingkah laku. Kesemuanya berpunca daripada tidak memahami aqidah Islam secara mendalam.
    Firman Allah yang bermaksud:
    "Dan ingatlah sewaktu Luqman berkata kepada anaknya: "Wahai anak kesayanganku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain). Sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar."(Surah Luqman: 31).
    Ayat ini jelas menunjukkan bahawa Luqman memulakan nasihat kepada anaknya supaya tidak melakukan syirik kepada Allah SWT. Jiwa anak yang masih suci itu harus dibersihkan daripada sebarang kerosakan dan kesesatan yang berpunca daripada syirik. Ini bererti pendidikan tauhid mesti diajar dan ditanam ke dalam jiwa anak-anak sejak dari kecil lagi.
    Kebanyakan ibu bapa hari ini tidak menekankan pelajaran tauhid kepada anak-anak. Bukan sahaja demikian bahkan terdapat juga di kalangan ibu bapa tidak tahu mengenai pelajaran tauhid. Siapakah yang harus dipersalahkan sekiranya anak-anak generasi muda mudah tergelincir keimanannya?
    Syirik amat mudah berlaku sekiranya di dalam diri seseorang itu tidak ditanamkan dengan aqidah untuk beriman dengan Allah SWT secara kental. Membentuk jiwa anak-anak agar sentiasa mengingati Allah dalam segala gerak geri dan perbuatannya adalah menjadi tugas dan tujuan yang paling utama bagi setiap pendidikan.
    Hal yang demikian tidak mungkin berlaku kecuali setelah setiap pendidik membiasakan anak-anak mengingati Allah ketika mereka sedang bekerja, berfikir dan mendapat sesuatu. Ibu bapa perlu banyak mendidik anak-anak dengan membiasakan mereka melihat perbuatan yang baik daripada ibu bapa. Sebagai contoh Sahal bin Abdullah menceritakan bahawa:
    "Ketika aku berumur tiga tahun, aku sudah mulai bangun malam dan memerhatikan bapa saudaraku solat. Tiba-tiba pada suatu hari dia bertanya kepada aku, adakah engkau mengingati Allah yang menjadikan engkau? Lalu aku bertanya, bagaimana cara mengingati-Nya?, kemudian beliau berkata kepada ku, sebutkan dalam hatimu tiga kali ketika hendak tidur tanpa menggerakkan lidah mu (Allah bersamaku, Allah melihatku dan Allah menyaksikanku).
    Setelah beberapa kali aku melakukan, lalu disuruhkan pula aku menyebutnya tujuh kali pada setiap malam. Selepas itu disuruhnya pula sebelas kali sehingga aku merasakan kemanisan bacaan itu dalam hatiku. Setelah berlalu masa setahun, maka dia berkata kepadaku, "Wahai Sahal! jagalah baik-baik apa yang aku ajarkan engkau itu dan bacalah ia hingga engkau masuk ke dalam kubur."
    Katanya lagi, "Wahai Sahal! Siapa yang mengetahui dan menyedari yang Allah sentiasa bersamanya, menyaksikannya, apakah boleh dia berbuat maksiat lagi? Jauhkanlah dirimu daripada perbuatan maksiat." Melalui proses latihan yang disebutkan di atas serta pendidikan keimanan yang murni muncullah Sahal menjadi seorang ulama' yang terkenal.

    SOLAT

    Firman Allah bermaksud:
    "Wahai anak kesayanganku! Dirikanlah solat." (Surah Luqman: 17). Islam memberikan keutamaan yang sangat besar kepada solat yang tidak pernah diberikan kepada ibadat lain. Kerana ia adalah tiang agama, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w bermaksud: "Pokok pangkal sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah solat dan kemuncaknya adalah jihad fi sabillillah." Solat yang dikhendaki oleh Islam bukanlah sekadar berkata-kata yang diucapkan oleh lidah dan pergerakan badan.
    Tetapi solat yang sebenar adalah yang dilakukan dengan penuh perhatian dan tumpuan pemikiran, penuh rasa takut dalam hati serta menzahirkan keagungan dan kebesaran Allah, itulah solat yang diterima oleh Allah SWT.
    Dari segi kejiwaan, solat memberikan ketenangan dan kekuatan bagi jiwa seseorang. Daripada segi kesihatan, ia mendidik seseorang supaya menjaga kebersihan dan melatih badan agar sentiasa segar dan cergas. Dari segi akhlak pula ia mencegah perbuatan mungkar dan menjaga waktu manakala dan dari segi kemasyarakatan solat mendidik persamaan dan persaudaraan.

    KESUSAHAN DAN KESENANGAN

  5. KESUSAHAN DAN KESENANGAN
    Apakah yang menjadi sebab bagi sesuatu tindakan kita? Adakah kita pernah melakukan sesuatu tindakan tanpa sebarang sebab? Percayakah kita bahawa apa juga sebab bagi sesuatu tindakan itu dapat dirumuskan kepada dua kategori iaitu sama ada untuk mengelakkan kesusahan atau untuk mendapatkan kesenangan? Jika rumusan ini benar mengapakah kita perlu memahami persoalan ini dalam konteks kehidupan seorang muslim?
    Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut, rencana ini akan cuba menerangkan tiga perkara berikut:

    Apakah yang dimaksudkan dengan mengelak kesusahan dan mendapat kesenangan?


    Apakah hubungan ‘mengelak kesusahan dan mendapat kesenangan’ dalam kehidupan seorang muslim?


    Apakah tindakan yang sepatutnya kita ambil.
    KESUSAHAN DAN KESENANGAN
    Sebenarnya kita mempunyai sebab tertentu bagi setiap tindakan yang kita lakukan. Sebagai contoh, kita semua memasuki sekolah sejak berumur enam tahun hingga tamat tingkatan tiga, lima atau enam. Setelah tamat persekolahan kita menyambung pengajian di universiti atau institusi lain. Persoalannya, mengapakah kita perlu menuntut ilmu dalam jangka masa yang begitu lama? Jawapannya mungkin berbagai-bagai seperti untuk:
    i. menambah ilmu,
    ii. mendapat kelulusan yang tertinggi,
    iii. mendapat peluang kerjaya yang lebih baik,
    iv. mendapat pengaruh dalam masyarakat,
    v. mendapat keredaan Allah, dan lain-lain.
    Sebenarnya semua alasan tersebut dapat dikategorikan sebagai kesenangan. Jadi, kesenangan yang dimaksudkan di sini meliputi pelbagai perkara yang diingini oleh manusia.
    Sebaliknya, jawapan bagi soalan di atas boleh juga dijawab seperti untuk: (a) mengelakkan buta huruf dan kebodohan, (b) mengelakkan kemiskinan, (c) mengelakkan diri daripada dipandang hina, (d) mengelakkan kemurkaan Allah, dan lain-lain yang seumpamanya. Jawapan ini pula dapat dikategorikan sebagai kesusahan. Ini bermakna kesusahan juga meliputi banyak perkara yang sememangnya tidak disukai oleh manusia.
    Cuba kita imbas kembali dan fikirkan secara mendalam: adakah kita pernah melakukan sesuatu tanpa sebab tertentu? Sebenarnya lebih besar sebab atau alasan yang menjadi pendorong sesuatu tindakan, maka lebih besar pula usaha dan pengorbanan yang kita curahkan. Kemudian fikirkan juga: adakah terdapat sebab musabab yang tidak dapat dikategorikan sebagai kesenangan dan kesusahan? Pada hakikatnya tidak ada perkara yang kita lakukan tanpa sebab dan semuanya tidak terlepas daripada dua kategori tersebut.
    Bagaimanapun mengelakkan kesusahan merupakan sebab yang lebih kuat untuk kita melakukan sesuatu. Umpamanya, alasan untuk mengelakkan kemiskinan adalah lebih besar kesannya jika dibandingkan dengan alasan untuk menambah kekayaan, dalam mendorong seseorang untuk berusaha mencari rezeki. Begitu juga dalam soal menjaga maruah, mengelakkan kehinaan adalah lebih besar kesannya daripada meningkatkan darjat kemuliaan. Seseorang akan menjadi lebih marah apabila diri atau keluarganya dihina dan terhina.
    HUBUNGANNYA DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM
    Persoalan yang lebih besar yang perlu kita fikirkan secara berterusan ialah untuk apakah kita hidup di muka bumi ini dan kenapakah kita perlu menjadi seorang muslim. Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Untuk apakah kita bangun pada setiap pagi dan kemudian pergi bekerja serta melakukan berbagai-bagai urusan?” Kita perlu memikirkan secara berterusan supaya kita sentiasa merasai keperluannya. Jika kita tidak merasai keperluan yang betul, maka keperluan yang salah akan menguasai fikiran kita. Ini bermakna kita hidup untuk sebab yang ditentukan oleh suasana di sekeliling kita sama ada kita sedari ataupun tidak. Oleh itu kita perlu melihat apakah sebab yang telah digariskan oleh Allah sendiri di dalam al-Quran yang mulia.
    Mari kita fikirkan dan renungi firman Allah dalam Surah al-Kahfi, ayat 29 hingga 31yang bermaksud:
    “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya daripada Tuhanmu, maka sesiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman dan sesiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang yang zalim itu neraka yang bahang panasnya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minuman, nescaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan mereka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirehat yang paling tidak diingini.'
    Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh tentulah Kami tidak akan mensia-siakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalannya dengan baik.
    Bagi mereka itulah syurga ‘Adn yang mengalir sungai di bawahnya. Dalam syurga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau yang diperbuat daripada sutera halus dan sutera tebal sedang mereka duduk sambil bersandar di atas singgahsana yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya dan tempat istirehat yang paling menawan.”
    Dalam ayat 29, Allah SWT menegaskan bahawa kebenaran itu datangnya daripada Allah sendiri. Ini bermakna kebenaran daripada Allah yang meliputi keimanan terhadap kewujudan dan kekuasan-Nya, keimanan terhadap perkara-perkara ghaib dan keimanan terhadap Islam adalah datangnya daripada Allah SWT sendiri.
    Allah SWT juga memberi kata dua iaitu terpulanglah kepada setiap individu untuk membuat pilihan sama ada mahu beriman ataupun tidak. Ini bermakna setiap diri perlu membuat keputusan yang sangat besar iaitu mahu beriman atau mahu menjadi kafir. Walaupun demikian Allah SWT tidak membiarkan manusia untuk membuat keputusan yang sangat besar ini tanpa menyediakan sebab yang jelas. Sebaliknya, Allah SWT telah menyediakan dua sebab besar iaitu (i) untuk mengelakkan azab neraka dan (ii) untuk mendapatkan syurga.
    Pada hakikatnya apakah kesusahan yang lebih besar daripada kesusahan di neraka? Apakah azab yang lebih besar daripada azab di neraka? Adakah kita dapat mencari satu bentuk kesusahan di dunia yang dapat menandingi atau melebihi kesusahan di akhirat? Tentu sekali kita bersetuju bahawa tidak ada kesusahan atau azab dunia yang lebih besar daripada kesusahan atau azab akhirat. Bahkan apa juga kesusahan atau azab di dunia ini adalah jauh lebih kecil daripada kesusahan dan azab akhirat. Begitulah juga dengan kesenangan atau nikmat syurga yang semestinya jauh lebih tinggi dan jauh lebih berkualiti dengan segala bentuk kesenangan atau nikmat duniawi. Jadi bukankah ini merupakan sebab yang sebenar untuk kita menjadi muslim yang sebenar?
    Cuba lihat pula firman Allah SWT dalam Surah as-Saff ayat 10 yang bermaksud:
    “Wahai orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyela-matkan kamu daripada azab yang pedih?”
    Sekali lagi Allah menjadikan sebab untuk mengelakkan azab neraka sebagai suatu tawaran kepada orang yang beriman. Mengapakah Allah tidak menjanjikan balasan syurga sebagai tawaran yang pertama? Sesungguhnya Allah SWT yang menciptakan manusia lebih tahu tentang jiwa manusia.
    TINDAKAN YANG SEPATUTNYA KITA AMBIL
    Apakah tindakan yang sepatutnya kita ambil supaya kita dapat menjadi seorang muslim mukmin yang sebenarnya? Apakah tindakan yang dapat menjadikan kita seorang muslim mukmin yang mempunyai sebab yang jelas dan kuat. Mudah-mudahan dengan sebab yang jelas ini kita tidaklah menjadi seorang muslim hanya pada nama sahaja. Sebaliknya kita menjadi seorang muslim yang benar-benar merasai keislaman kita dan seterusnya hidup dengan menjiwai Islam sepenuhnya.
    Oleh demikian, pertama sekali kita perlu jelas tentang perkara yang perlu kita lakukan iaitu segala tuntutan Islam ke atas kita. Di sini kita perlu memahami Islam sebagai satu sistem yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Kita juga perlu memahami bagaimanakah cara untuk menegakkan sistem Islam.
    Setelah kita memahami tuntutan Islam yang perlu kita laksanakan mengikut marhalah (peringkat) dan keperluannya, kita perlu pula mencari sebab yang sebenar yang dapat mendorong kita untuk bekerja. Di sinilah kita perlu berusaha keras dan berdoa dengan bersungguh-sungguh supaya Allah SWT memberikan keyakinan yang mendalam terhadap kewujudan neraka dan syurga. Kita perlu berdoa semoga Allah SWT mencampakkan rasa takut yang sebenarnya terhadap neraka yang penuh dengan azab yang mengerikan. Kita berdoa semoga Allah menjadikan rasa takut terhadap neraka itu jauh lebih besar daripada rasa takut terhadap segala bentuk azab dunia. Pada waktu yang sama kita perlu berdoa semoga Allah SWT mencampakkan rasa cinta terhadap syurga-Nya yang penuh dengan segala macam kenikmatan supaya kita dapat merasai ianya jauh lebih tinggi daripada kecintaan kepada segala bentuk nikmat duniawi.
    Untuk meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT, neraka dan syurga, kita perlu mengikut jalan yang syara’. Sebenarnya Allah SWT sendiri telah menyediakan wasilah dalam bentuk ibadah khusus, termasuk:

    membaca al-Quran dengan memahami pengertiannya;

    solat dengan penuh khusyu’;

    puasa dengan menjaga lintasan-lintasan hati;

    zikir dengan penuh tawadhu’;

    dan lain-lain.

    KESIMPULAN
    Sebagai kesimpulan, kita dapat katakan bahawa setiap perkara yang kita lakukan mempunyai sebab-musabab tertentu. Sebab-musabab itu sebenarnya dapat dikategorikan kepada dua iaitu sama ada untuk mengelakkan kesusahan ataupun untuk mendapat kesenangan. Sebagai seorang muslim kita perlu merasai bahawa kita mempunyai sebab-musabab yang sangat besar dan hakiki dalam usaha kita untuk menegakkan sistem Islam.
    Oleh demikian tugas kita ialah memproses hati kita supaya dapat benar-benar merasai dan meyakini kewujudan Allah SWT, neraka yang mengerikan dan syurga yang menggembirakan. Ketakutan kita terhadap neraka mestilah melebihi ketakutan kita terhadap segala bentuk azab duniawi manakala kecintaan kita terhadap nikmat syurga juga mesti melebihi kecintaan kita terhadap segala bentuk nikmat duniawi. Mudah-mudahan dengan keyakinan tersebut kita akan menjadi muslim dan mukmin yang bekerja dan berusaha tanpa mengenal jemu dan letih sehinggalah kita dipanggil balik oleh Allah SWT kerana kita mempunyai sebab yang sebenar - susah yang sebenar (neraka) dan senang yang sebenar (syurga).

    LUQMAN AL HAKIM: MODEL TARBIYAH ISLAM

  6. LUQMAN AL HAKIM: MODEL TARBIYAH ISLAM
    APABILA menyebut soal pendidikan anak-anak secara tidak langsung ia lebih tertumpu kepada tugas dan tanggungjawab ibu bapa. Untuk mendidik anak-anak menjadi insan yang kamil tidaklah semudah yang diperkatakan dalam buku, majalah dan seminar.
    Ia lebih menekankan soal keinsafan, kesedaran dan sikap tanggungjawab yang mendalam di samping mempunyai aqidah yang kental terhadap Allah SWT. Justeru itu, Allah SWT telah merakamkan beberapa keistimewaan yang dilakukan oleh Luqmanul Hakim sewaktu mendidik anak. Di antara nasihat Lukman kepada anaknya ialah:
    1. Hendaklah engkau selalu berada di majlis para ulama' dan dengarlah kata-kata para hukama (orang yang bijaksana), kerana Allah menghidupkan jiwa yang mati dengan hikmat sepertimana menghidupkan bumi yang mati dengan hujan yang lebat.
    2. Janganlah engkau jadi lebih lemah daripada seekor ayam jantan, ia telah berkokok pada waktu pagi hari sedangkan engkau pada ketika itu masih terbaring di atas katilmu.
    3. Janganlah engkau menangguhkan taubat kepada Allah kerana mati itu akan datang tiba-tiba.
    4. Dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak orang sudah ditenggelamkannya. Oleh itu, jadikanlah taqwa sebagai kapalnya.
    5. Pukulan bapa ke atas anaknya bagaikan air menyirami tanaman.
    6. Tiga orang yang tidak dapat dikenali melainkan pada tiga keadaan. Orang yang lemah lembut melainkan ketika marah, orang yang berani melainkan ketika berperang dan saudara maramu melainkan ketika engkau berhajat dan memerlukan pertolongan daripadanya.
    7. Sesungguhnya dunia ini sedikit sahaja, sedangkan seluruh umurmu lebih sedikit daripada itu. Manakala umurmu yang masih berbakti lagi amat sedikit daripada yang lebih sedikit tadi.
    AQIDAH
    Masalah aqidah adalah masalah yang paling penting dalam kehidupan seorang muslim. Ia merupakan asas atau tapak bagi pembangunan Islam. Dewasa ini kita dapati banyak penyelewengan terjadi sama ada dari segi pemikiran, perkataan mahupun tingkah laku. Kesemuanya berpunca daripada tidak memahami aqidah Islam secara mendalam.
    Firman Allah yang bermaksud:
    "Dan ingatlah sewaktu Luqman berkata kepada anaknya: "Wahai anak kesayanganku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain). Sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar."(Surah Luqman: 31).
    Ayat ini jelas menunjukkan bahawa Luqman memulakan nasihat kepada anaknya supaya tidak melakukan syirik kepada Allah SWT. Jiwa anak yang masih suci itu harus dibersihkan daripada sebarang kerosakan dan kesesatan yang berpunca daripada syirik. Ini bererti pendidikan tauhid mesti diajar dan ditanam ke dalam jiwa anak-anak sejak dari kecil lagi.
    Kebanyakan ibu bapa hari ini tidak menekankan pelajaran tauhid kepada anak-anak. Bukan sahaja demikian bahkan terdapat juga di kalangan ibu bapa tidak tahu mengenai pelajaran tauhid. Siapakah yang harus dipersalahkan sekiranya anak-anak generasi muda mudah tergelincir keimanannya?
    Syirik amat mudah berlaku sekiranya di dalam diri seseorang itu tidak ditanamkan dengan aqidah untuk beriman dengan Allah SWT secara kental. Membentuk jiwa anak-anak agar sentiasa mengingati Allah dalam segala gerak geri dan perbuatannya adalah menjadi tugas dan tujuan yang paling utama bagi setiap pendidikan.
    Hal yang demikian tidak mungkin berlaku kecuali setelah setiap pendidik membiasakan anak-anak mengingati Allah ketika mereka sedang bekerja, berfikir dan mendapat sesuatu. Ibu bapa perlu banyak mendidik anak-anak dengan membiasakan mereka melihat perbuatan yang baik daripada ibu bapa. Sebagai contoh Sahal bin Abdullah menceritakan bahawa:
    "Ketika aku berumur tiga tahun, aku sudah mulai bangun malam dan memerhatikan bapa saudaraku solat. Tiba-tiba pada suatu hari dia bertanya kepada aku, adakah engkau mengingati Allah yang menjadikan engkau? Lalu aku bertanya, bagaimana cara mengingati-Nya?, kemudian beliau berkata kepada ku, sebutkan dalam hatimu tiga kali ketika hendak tidur tanpa menggerakkan lidah mu (Allah bersamaku, Allah melihatku dan Allah menyaksikanku).
    Setelah beberapa kali aku melakukan, lalu disuruhkan pula aku menyebutnya tujuh kali pada setiap malam. Selepas itu disuruhnya pula sebelas kali sehingga aku merasakan kemanisan bacaan itu dalam hatiku. Setelah berlalu masa setahun, maka dia berkata kepadaku, "Wahai Sahal! jagalah baik-baik apa yang aku ajarkan engkau itu dan bacalah ia hingga engkau masuk ke dalam kubur."
    Katanya lagi, "Wahai Sahal! Siapa yang mengetahui dan menyedari yang Allah sentiasa bersamanya, menyaksikannya, apakah boleh dia berbuat maksiat lagi? Jauhkanlah dirimu daripada perbuatan maksiat." Melalui proses latihan yang disebutkan di atas serta pendidikan keimanan yang murni muncullah Sahal menjadi seorang ulama' yang terkenal.

    SOLAT

    Firman Allah bermaksud:
    "Wahai anak kesayanganku! Dirikanlah solat." (Surah Luqman: 17). Islam memberikan keutamaan yang sangat besar kepada solat yang tidak pernah diberikan kepada ibadat lain. Kerana ia adalah tiang agama, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w bermaksud: "Pokok pangkal sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah solat dan kemuncaknya adalah jihad fi sabillillah." Solat yang dikhendaki oleh Islam bukanlah sekadar berkata-kata yang diucapkan oleh lidah dan pergerakan badan.
    Tetapi solat yang sebenar adalah yang dilakukan dengan penuh perhatian dan tumpuan pemikiran, penuh rasa takut dalam hati serta menzahirkan keagungan dan kebesaran Allah, itulah solat yang diterima oleh Allah SWT.
    Dari segi kejiwaan, solat memberikan ketenangan dan kekuatan bagi jiwa seseorang. Daripada segi kesihatan, ia mendidik seseorang supaya menjaga kebersihan dan melatih badan agar sentiasa segar dan cergas. Dari segi akhlak pula ia mencegah perbuatan mungkar dan menjaga waktu manakala dan dari segi kemasyarakatan solat mendidik persamaan dan persaudaraan.

    Lakonkan Watak cemerlang

  7. Untuk membina sikap positif dalam diri, anda boleh amalkan 10 PETUA yang disenaraikan dibawah. Amalkannya setiap masa dan dimana sahaja sehingga ia menjadi tabiat baru anda. Setiap minggu dari sekarang saya akan bincangkan salah satu dari 10 Petua ini. Tetap bersama saya.
    Petua 1: Jangkakan kejayaan.
    Petua 2: Lakunkan watak orang cemerlang.
    Petua 3: Ubah penampilan diri.
    Petua 4: Berkawan dengan orang berjaya.
    Petua 5: Dalami ilmu kecemerlangan.
    Petua 6: Fokus kepada apa yang anda mahu.
    Petua 7: Kejayaan silam membarai diri.
    Petua 8: Saranan diri positif.
    Petua 9: Soal diri dengan soalan yang positif.
    Petua 10: Pelaziman minda.

    Petua 2: Lakunkan Watak Orang Cemerlang
    Tidak dapat dinafikan setiap manusia mempunyai kelemahan dan kekuatannya tersendiri. Sebab itulah untuk berjaya kita mesti mempunyai model ikutan (role model) yang boleh ditauladani. Sebut sahaja tentang 'role model' ini, saya teringat akan sebuah kisah kejayaan yang telah saya baca tidak lama dahulu. Kisahnya bermula sewaktu perang dunia kedua. Terdapat seorang jeneral tentera Amerika yang begitu dikagumi oleh semua disebabkan kejayaan demi kejayaan yang dibawanya dalam peperangan. Ketokohan dan keberanian jeneral ini begitu dikagumi juga oleh seorang pemuda berpangkat prebet. Suatu hari, prebet ini berpeluang bersemuka dengan jeneral lalu dia terus bertanya, "Tuan, pada pandangan tuan adakah saya mampu, satu hari nanti. berjaya seperti tuan". Lalu, jeneral itu berkata, "Jangan tanya saya soalan bodoh ini". Prebet tidak berpuas hati lalu terus bertanya sebanyak tiga kali, dan tiga kali juga dia memperolehi jawaban yang serupa. Lalu prebet bertanya kali ini, "Tuan, tiga kali saya tanya tuan tetapi tuan tetap berikan jawapan yang serupa, kenapa begitu tuan?". Lalu jeneral berkata, "Kalau kamu mahu jadi seperti saya, kamu mesti berfikir seperti saya, berjalan dan bercakap seperti saya, dan tindakan kamu pastinya juga nanti seperti saya. Kamu hanya boleh jadi seperti saya sekiranya kamu lalui jalan yang telah saya lalui. Kalau kamu lalui jalan yang berbeza, kamu akan sampai ke destinasi yang berbeza juga". Maka, pemuda itu mula faham. Mulai saat itu dia mula melakunkan setiap watak jeneral dalam kehidupan hariannya. Iaitu termasuklah cara fikir, cara bercakap dan cara berjalannya. 20 tahun kemudiannya, prebet itu berjaya merealisasikan matlamatnya menjadi seorang jeneral di pasukan tentera Amerika.
    Cuba anda lihat senario berikut pula, katakanlah anda sebagai seorang pelajar, telah dipilih untuk berlakun dalam sebuah filem tempatan. Kisahnya berkisar kehidupan pelajar-pelajar sekolah dan anda telah dipilih sebagai pelakun utama. Bayarannya cukum lumayan iaitu RM10,000 dan nama anda juga akan dikenali ramai setelah filem ini ditayangkan. Anda dikehendaki melakunkan watak pelajar cemerlang. Syarat untuk anda kekal sebagai pelakun cuma dua iaitu, yang pertama anda mestilah menjaga disiplin dan masa anda. Apabila pergambaran bermula jam 5 petang maka anda mesti berada dilokasi sebelum masa tersebut. Yang keduanya pula, anda mesti menghayati watak pelajar cemerlang sepenuhnya. Sekiranya pengarah tidak berpuas hati dengan anda, dia akan gugurkan nama anda dari senarai pelakun pada bila-bila masa. Pengarah tidak risau sebab anda pelakun baru, satu ditolak berpuluh yang akan memohon untuk berlakun.
    Kalau anda berada dalam situasi di atas, apa tindakan anda? Saya yakin anda akan mula meneliti dan memahami plot filem tersebut bersungguh-sungguh. Anda mula menghafal skrip yang diberikan ayat demi ayat biarpun ketebalannya ratusan muka surat. Anda akan mula menjiwai dan menghayati watak pelajar cemerlang yang diberikan kepada anda. Anda akan tiru gaya, percakapan dan cara hidup mereka. Pendek kata anda mahu penonton lihat betapa realistiknya lakunan anda. Anda mahu dikenali selepas usaha anda ini. Anda mahukan ganjaran wang RM10,000 yang dijanjikan kepada anda.
    Tidakkah anda terfikir betapa beruntungnya kalau anda lakunkan perkara yang serupa setiap hari dalam hidup anda. Kenapa mesti anda bersungguh-sungguh dalam lakunan filem? Tidakkah anda sedar bahawa kita semuanya pelakun di pentas dunia atau di pentas kehidupan. Kenapa tidak lakunkan watak orang cemerlang itu hari ini. Anggapkan seolah-olah anda berhadapan dengan kamera. Kalau anda seorang pelajar, anda bertindak seperti pelajar cemerlang di sekolah anda. Mengurus masa, menglibatkan diri secara aktif, berperibadi mulia seolah-olah anda sememangnya cemerlang. Lakukannya setiap hari dan hasilnya nanti anda akan perolehi apa yang diperolehi oleh pelajar cemerlang lainnya. Lebih malang lagi kalau anda tidak mahu menjadi pelakun itu hari ini maka Allah akan pilih orang lain untuk menggantikan tempat anda. Orang lainlah nanti yang akan berjaya. Mereka akan jadi pemimpin, jurutera, ulamak, peguam dan sebagainya. Orang lain yang akan dikenali dan nama mereka disebut-sebut sebagai orang yang membawa perubahan dalam masyarakat. Orang lain yang akan memperolehi pendapatan bukan sekadar RM10,000 tetapi mungkin lebih tiap-tiap bulan.
    Anda tidak punya pilihan lain. Untuk berjaya anda mesti mula berlakun hari ini. Hayati watak orang cemerlang. Fikir seperti mana mereka berfikir, bercakap, bergaya dan bertindak seperti mereka. Lama kelamaan tabiat cemerlang akan sebati dengan kehidupan harian anda. Ia akan menjadi sikap baru anda. Anda akan dapati mereka disekeliling anda menyedari yang anda kini bersikap positif. Setiap kebaikan yang bakal anda perolehi hasil lakunan positif anda ini membuatkan anda tidak mahu lagi kembali kepada sikap negatif anda sekarang. Anda mula memikirkan untuk hidup dalam kelompok dan persekitaran baru. Apa anda tunggu lagi? Lakunkanlah watak orang cemerlang itu sekarang dengan memerhatikan model ikutan anda.
    'Act As If....'
  8. KOMUNIKASI YANG BAIK : APAKAH RAHSIANYA

     

    Add a comment

  9. KESUSAHAN DAN KESENANGAN

    KESUSAHAN DAN KESENANGAN
    Apakah yang menjadi sebab bagi sesuatu tindakan kita? Adakah kita pernah melakukan sesuatu tindakan tanpa sebarang sebab? Percayakah kita bahawa apa juga sebab bagi sesuatu tindakan itu dapat dirumuskan kepada duaa kategori iaitu sama ada untuk mengelakkan kesusahan atau untuk mendapatkan kesenangan? Jika rumusan ini benar mengapakah kita perlu memahami persoalan ini dalam konteks kehidupan seorang muslim?
    Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut, rencana ini akan cuba menerangkan tiga perkara berikut:

    Apakah yang dimaksudkan dengan mengelak kesusahan dan mendapat kesenangan?


    Apakah hubungan ‘mengelak kesusahan dan mendapat kesenangan’ dalam kehidupan seorang muslim?


    Apakah tindakan yang sepatutnya kita ambil.
    KESUSAHAN DAN KESENANGAN
    Sebenarnya kita mempunyai sebab tertentu bagi setiap tindakan yang kita lakukan. Sebagai contoh, kita semua memasuki sekolah sejak berumur enam tahun hingga tamat tingkatan tiga, lima atau enam. Setelah tamat persekolahan kita menyambung pengajian di universiti atau institusi lain. Persoalannya, mengapakah kita perlu menuntut ilmu dalam jangka masa yang begitu lama? Jawapannya mungkin berbagai-bagai seperti untuk:
    i. menambah ilmu,
    ii. mendapat kelulusan yang tertinggi,
    iii. mendapat peluang kerjaya yang lebih baik,
    iv. mendapat pengaruh dalam masyarakat,
    v. mendapat keredaan Allah, dan lain-lain.
    Sebenarnya semua alasan tersebut dapat dikategorikan sebagai kesenangan. Jadi, kesenangan yang dimaksudkan di sini meliputi pelbagai perkara yang diingini oleh manusia.
    Sebaliknya, jawapan bagi soalan di atas boleh juga dijawab seperti untuk: (a) mengelakkan buta huruf dan kebodohan, (b) mengelakkan kemiskinan, (c) mengelakkan diri daripada dipandang hina, (d) mengelakkan kemurkaan Allah, dan lain-lain yang seumpamanya. Jawapan ini pula dapat dikategorikan sebagai kesusahan. Ini bermakna kesusahan juga meliputi banyak perkara yang sememangnya tidak disukai oleh manusia.
    Cuba kita imbas kembali dan fikirkan secara mendalam: adakah kita pernah melakukan sesuatu tanpa sebab tertentu? Sebenarnya lebih besar sebab atau alasan yang menjadi pendorong sesuatu tindakan, maka lebih besar pula usaha dan pengorbanan yang kita curahkan. Kemudian fikirkan juga: adakah terdapat sebab musabab yang tidak dapat dikategorikan sebagai kesenangan dan kesusahan? Pada hakikatnya tidak ada perkara yang kita lakukan tanpa sebab dan semuanya tidak terlepas daripada dua kategori tersebut.
    Bagaimanapun mengelakkan kesusahan merupakan sebab yang lebih kuat untuk kita melakukan sesuatu. Umpamanya, alasan untuk mengelakkan kemiskinan adalah lebih besar kesannya jika dibandingkan dengan alasan untuk menambah kekayaan, dalam mendorong seseorang untuk berusaha mencari rezeki. Begitu juga dalam soal menjaga maruah, mengelakkan kehinaan adalah lebih besar kesannya daripada meningkatkan darjat kemuliaan. Seseorang akan menjadi lebih marah apabila diri atau keluarganya dihina dan terhina.
    HUBUNGANNYA DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM
    Persoalan yang lebih besar yang perlu kita fikirkan secara berterusan ialah untuk apakah kita hidup di muka bumi ini dan kenapakah kita perlu menjadi seorang muslim. Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Untuk apakah kita bangun pada setiap pagi dan kemudian pergi bekerja serta melakukan berbagai-bagai urusan?” Kita perlu memikirkan secara berterusan supaya kita sentiasa merasai keperluannya. Jika kita tidak merasai keperluan yang betul, maka keperluan yang salah akan menguasai fikiran kita. Ini bermakna kita hidup untuk sebab yang ditentukan oleh suasana di sekeliling kita sama ada kita sedari ataupun tidak. Oleh itu kita perlu melihat apakah sebab yang telah digariskan oleh Allah sendiri di dalam al-Quran yang mulia.
    Mari kita fikirkan dan renungi firman Allah dalam Surah al-Kahfi, ayat 29 hingga 31yang bermaksud:
    “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya daripada Tuhanmu, maka sesiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman dan sesiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang yang zalim itu neraka yang bahang panasnya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minuman, nescaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan mereka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirehat yang paling tidak diingini.'
    Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh tentulah Kami tidak akan mensia-siakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalannya dengan baik.
    Bagi mereka itulah syurga ‘Adn yang mengalir sungai di bawahnya. Dalam syurga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau yang diperbuat daripada sutera halus dan sutera tebal sedang mereka duduk sambil bersandar di atas singgahsana yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya dan tempat istirehat yang paling menawan.”
    Dalam ayat 29, Allah SWT menegaskan bahawa kebenaran itu datangnya daripada Allah sendiri. Ini bermakna kebenaran daripada Allah yang meliputi keimanan terhadap kewujudan dan kekuasan-Nya, keimanan terhadap perkara-perkara ghaib dan keimanan terhadap Islam adalah datangnya daripada Allah SWT sendiri.
    Allah SWT juga memberi kata dua iaitu terpulanglah kepada setiap individu untuk membuat pilihan sama ada mahu beriman ataupun tidak. Ini bermakna setiap diri perlu membuat keputusan yang sangat besar iaitu mahu beriman atau mahu menjadi kafir. Walaupun demikian Allah SWT tidak membiarkan manusia untuk membuat keputusan yang sangat besar ini tanpa menyediakan sebab yang jelas. Sebaliknya, Allah SWT telah menyediakan dua sebab besar iaitu (i) untuk mengelakkan azab neraka dan (ii) untuk mendapatkan syurga.
    Pada hakikatnya apakah kesusahan yang lebih besar daripada kesusahan di neraka? Apakah azab yang lebih besar daripada azab di neraka? Adakah kita dapat mencari satu bentuk kesusahan di dunia yang dapat menandingi atau melebihi kesusahan di akhirat? Tentu sekali kita bersetuju bahawa tidak ada kesusahan atau azab dunia yang lebih besar daripada kesusahan atau azab akhirat. Bahkan apa juga kesusahan atau azab di dunia ini adalah jauh lebih kecil daripada kesusahan dan azab akhirat. Begitulah juga dengan kesenangan atau nikmat syurga yang semestinya jauh lebih tinggi dan jauh lebih berkualiti dengan segala bentuk kesenangan atau nikmat duniawi. Jadi bukankah ini merupakan sebab yang sebenar untuk kita menjadi muslim yang sebenar?
    Cuba lihat pula firman Allah SWT dalam Surah as-Saff ayat 10 yang bermaksud:
    “Wahai orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyela-matkan kamu daripada azab yang pedih?”
    Sekali lagi Allah menjadikan sebab untuk mengelakkan azab neraka sebagai suatu tawaran kepada orang yang beriman. Mengapakah Allah tidak menjanjikan balasan syurga sebagai tawaran yang pertama? Sesungguhnya Allah SWT yang menciptakan manusia lebih tahu tentang jiwa manusia.
    TINDAKAN YANG SEPATUTNYA KITA AMBIL
    Apakah tindakan yang sepatutnya kita ambil supaya kita dapat menjadi seorang muslim mukmin yang sebenarnya? Apakah tindakan yang dapat menjadikan kita seorang muslim mukmin yang mempunyai sebab yang jelas dan kuat. Mudah-mudahan dengan sebab yang jelas ini kita tidaklah menjadi seorang muslim hanya pada nama sahaja. Sebaliknya kita menjadi seorang muslim yang benar-benar merasai keislaman kita dan seterusnya hidup dengan menjiwai Islam sepenuhnya.
    Oleh demikian, pertama sekali kita perlu jelas tentang perkara yang perlu kita lakukan iaitu segala tuntutan Islam ke atas kita. Di sini kita perlu memahami Islam sebagai satu sistem yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Kita juga perlu memahami bagaimanakah cara untuk menegakkan sistem Islam.
    Setelah kita memahami tuntutan Islam yang perlu kita laksanakan mengikut marhalah (peringkat) dan keperluannya, kita perlu pula mencari sebab yang sebenar yang dapat mendorong kita untuk bekerja. Di sinilah kita perlu berusaha keras dan berdoa dengan bersungguh-sungguh supaya Allah SWT memberikan keyakinan yang mendalam terhadap kewujudan neraka dan syurga. Kita perlu berdoa semoga Allah SWT mencampakkan rasa takut yang sebenarnya terhadap neraka yang penuh dengan azab yang mengerikan. Kita berdoa semoga Allah menjadikan rasa takut terhadap neraka itu jauh lebih besar daripada rasa takut terhadap segala bentuk azab dunia. Pada waktu yang sama kita perlu berdoa semoga Allah SWT mencampakkan rasa cinta terhadap syurga-Nya yang penuh dengan segala macam kenikmatan supaya kita dapat merasai ianya jauh lebih tinggi daripada kecintaan kepada segala bentuk nikmat duniawi.
    Untuk meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT, neraka dan syurga, kita perlu mengikut jalan yang syara’. Sebenarnya Allah SWT sendiri telah menyediakan wasilah dalam bentuk ibadah khusus, termasuk:

    membaca al-Quran dengan memahami pengertiannya;

    solat dengan penuh khusyu’;

    puasa dengan menjaga lintasan-lintasan hati;

    zikir dengan penuh tawadhu’;

    dan lain-lain.

    KESIMPULAN
    Sebagai kesimpulan, kita dapat katakan bahawa setiap perkara yang kita lakukan mempunyai sebab-musabab tertentu. Sebab-musabab itu sebenarnya dapat dikategorikan kepada dua iaitu sama ada untuk mengelakkan kesusahan ataupun untuk mendapat kesenangan. Sebagai seorang muslim kita perlu merasai bahawa kita mempunyai sebab-musabab yang sangat besar dan hakiki dalam usaha kita untuk menegakkan sistem Islam.
    Oleh demikian tugas kita ialah memproses hati kita supaya dapat benar-benar merasai dan meyakini kewujudan Allah SWT, neraka yang mengerikan dan syurga yang menggembirakan. Ketakutan kita terhadap neraka mestilah melebihi ketakutan kita terhadap segala bentuk azab duniawi manakala kecintaan kita terhadap nikmat syurga juga mesti melebihi kecintaan kita terhadap segala bentuk nikmat duniawi. Mudah-mudahan dengan keyakinan tersebut kita akan menjadi muslim dan mukmin yang bekerja dan berusaha tanpa mengenal jemu dan letih sehinggalah kita dipanggil balik oleh Allah SWT kerana kita mempunyai sebab yang sebenar - susah yang sebenar (neraka) dan senang yang sebenar (syurga).
  10. Kecemerlangan adalah satu ibadah

    Kecemerlangan adalah satu ibadah
    Tajuk ceramah di atas menjelaskan bahawa kecemerlangan adalah merupakan suatu ibadah. Persoalannya, adakah benar bahawa ia merupakan suatu ibadah? Yakni suatu perintah atau suruhan Allah yang kita mesti laksanakan? Atau dengan kata yang lain, adakah bertindak cemerlang dan mencapai kecemerlangan merupakan ibadat – yang diperintahkan oleh Allah - yang dengannya kita akan mendapat pahala dan ganjaran baik daripada Allah.?
    Untuk menjawab persoalan ini kita perlu merujuk kefahaman kita kepada sumber-sumber utama dan asas Islam itu sendiri, iaitu: Al-Qur’an dan Al-Hadis.
    Pertama:
    Dalam menjelaskan syarat-syarat ibadat sebelum ini, telah dinyatakan bahawa salah satu daripadanya ialah melakukan pekerjaan atau amalan itu dengan sebaik-baiknya, di mana Nabi saw telah bersabda ertinya:
    “Sesungguhnya Allah menyukai seseorang daripada kamu apabila ia melakukan sesuatu pekerjaan / amalan ia lakukan dengan penuh tekun.” Yakni ia lakukan dengan sebaik-baiknya (bertindak cemerlang).
    Apabila sesuatu perkara itu disukai oleh Allah, maka sewajarnyalah kita berlumba-lumba melakukanya, sebab kita adalah diwajibkan mencari keredaan Allah – kesukaan Allah. Jadi melakukan sesuatu pekerjaan / amalan dengan sebaik-baiknya – bertindak cemerlang adalah diwajibkan juga, kerana ia termasuk dalam mencari keredaan Allah.
    Kedua:
    Dalam Hadis Nabi saw yang lain ertinya:
    “Sesunggunya Allah mewajibkan berlaku ihsan (sebaik-baiknya – cemerlang) ke atas segala sesuatu, apabila kamu membunuh maka perelokkanlah pembunuhan, apabila kamu menyembelih, perelokkanlah penyembelihan, dan hendaklah kamu tajamkan pisau dan rehatkan binatang sembelihan." (riwayat Muslim)
    Dalam hadis di atas, RasululLah saw menegaskan bahawa Allah mewajibkan kita melakukan dengan sebaik-baiknya dalam segala hal – yang baik sahaja tentunya.
    Bila Allah mewajibkan sesuatu, bermakna ia adalah satu perintah yang mesti kita laksanakan, sehingga jika tidak, ia adalah satu dosa. Oleh itu bertindak sebaik-baiknya – cemerlang – adalah suatu ibadat yang tidak diragu-ragukan lagi.
    Contohnya, seperti yang disebutkan di dalam hadis itu seterusnya, hinggakan dalam hal sembelihan pun hendaklah dilakukan dengan sebaik-baiknya:
    - Tajamkan pisau.
    - Tenangkan/rehatkan binatang sembelihan.
    Kalau dalam hal sembelihanpun kita kena melakukannya dengan sebaik-baiknya apatah lagi dalam perkara yang lebih besar dan utama.
    Ketiga:
    Dalam al-Qur’an pula, Allah banyak kali memerintahkan kita supaya bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik. Bahkan seiringan dengan perintah tersebut, Allah nyatakan bahawa Ia cintakan orang yang berbuat demikian dan bencikan orang yang melakukan sebaliknya. Antaranya firman Allah:

    Ertinya:"Hendaklah kamu berlaku 'ihsan',sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang berlaku 'ihsan'." (Al-Baqarah: 195)

    Ertinya: "Kemudian mereka bertaqwa dan berlaku 'ihsan',Sesungguhnya Allah sukakan orang-orang yang berlaku 'ihsan'." (Al-Ma'idah: 93)


    Ertinya: “Dan lakukanlah yang terbaik sebagaimana Allah telah melakukan yang terbaik kepada kamu, dan janganlah kamu mencari kerosakan di muka bumi ini, sesungguhnya Allah tidak sukakan orang yang berbuat kerosakan.” (Al-Qasas: 77)
    Keempat:
    Allah juga menjanjikan ganjaran yang besar bagi ‘muhsinin’ iaitu orang-orang yang melakukan sesuatu yang terbaik (cemerlang). Janji ganjaran yang hebat dan besar ini merupakan satu bukti bahawa bertindak cemerlang adalah merupakan suatu ibadat dan perintah yang mesti kita dilaksanakan. Ini menjadi semacam suatu polisi dalam Islam. Sesuatu amalan / perbuatan yang disediakan pahala atau ganjaran yang besar bermakna ia adalah suatu ibadat dan diperintahkan kita untuk melaksanakannya, sebaliknya jika amalan / perbuatan itu jika dilakukan akan disediakan dengan balasan siksa dan dosa, maka ia adalah dilarang.
    Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menyebut ganjaran baik dan besar akan diberikan kepada mereka yang melakukan sesuatu yang terbaik (muhsinun). Antaranya seperti berikut:
    Surah Aali ‘Imran:

    Ertinya: “Orang-orang yang melakukan sesuatu yang terbaik akan mendapat ganjaran yang besar”
    Surah Yunus:


    Ertinya: “Bagi orang-orang yang berbuat yang terbaik akan mendapat pahala yang terbaik (syurga) dan ‘tambahannya’(nikmat melihat Allah), dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya (26). Dan orang-orang yang mengerja kan kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan. Tiada bagi mereka penyelamat dari azab Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (27).”
    Surah Al-Nahl:

    Ertinya: “.....Orang-orang yang berbuat yang terbaik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesunggunya negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertaqwa, (30). iaitu syurga ‘Adn yang mereka masuk di dalamnya, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalamnya mereka mendapat apa saja yang mereka kehendaki. Demikianlah pembalasan bagi orang-orang yang bertaqwa (31).”
    Memadailah setakat ini untuk meyakinkan kita bahawa bertindak cemerlang – terbaik, adalah termasuk di antara ibadat-ibadat dan perintah-perintah Allah yang tidak dapat tidak kita mesti melakukannya samada kita suka ataupun tidak.
    Mampukah kita mencapai kecemerlangan?
    Apabila kita memahami perkara-perkara berikut kita akan mendapatkan jawapan yang tepat bagi persoalan di atas:
    1) Manusia dicipta oleh Allah sebagai sebaik-baik kejadian.
    Firman Allah:

    Sebaik-baik kejadian ini dapat dilihat dari segi:
    1. Bentuk fizikal
    2. Otak / akal
    3. Nafsu / keinganan.
    Bentuk Fizikal
    Bentuk dan struktur fizikal kita membolehkan kita melakukan pelbagai pergerakan yang tidak boleh makhluq lain lakukan.
    Dengan anggota empat kerat, hampir tidak ada yang tidak dapat kita lakukan.
    Otak/minda
    Allah mengurniakan otak kepada kita yang tidak ada tolok bandingnya dengan kekuatan-kekuatan yang lain.
    Antara kehebatan otak manusia:
    - Manusia yang paling jarang berfikir mempunyai 10,000,000,000 sel otak.
    - Orang yang banyak berfikir mempunyai 1,000,000,000,000 sel otak.
    - Kemampuan 1 sel otak ialah bersamaan dengan satu komputer yang berkuasa besar.
    - Otak kita mampu menampung 120 kemahiran.
    - Kebanyakan kita baru hanya menggunakan 10% sahaja daripada otak.
    Dengan kehebatan inilah kita tidak hairan munculnya tokoh-tokoh yang hebat dalam sejarah Islam, contohnya Imam al-Bukhari yang mempunyai kekuatan ingatan yang mengkagumkan.
    Nafsu / keinginan
    Manusia dibekalkan juga oleh Allah dengan nafsu/keinginan.
    Dengan nafsu ini, manusia didorong untuk mencapai kedudukan yang tinggi dan begitu juga sebaliknya.
    Sehinggakan hampir tidak ada yang dapat menghalang manusia daripada mencapai keinginannya.
    2) Umat Islam adalah umat yang terbaik (cemerlang).
    Allah mengisytiharkan generasi awal Islam dulu sebagai umat yang terbaik atau cemerlang.

    Ertinya:
    “Kamu adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia kerana kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.” (Aali ‘Imran:110)
    Kecemerlangan umat Islam dahulu disebabkan keimanan mereka yang padu kepada Allah dan mereka berpegang teguh serta melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya. Dan mereka sentiasa berusaha memastikan ajaran Islam dipatuhi dengan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
    Implikasi daripada itu lahir peribadi-peribadi yang mulia yang tiada tandingannya dalam sejarah manusia sebelumnya dan selepasnya.
    Sehingga kanak-kanakpun terbudaya dengan sifat-sifat yang cemerlang. Ini dapat dilihat dalam kisah seorang budak lelaki penggembala kambing dengan Khalifah Omar dan kisah seorang budak perempuan dengan ibunya penjual susu.
    3) Pengalaman daripada tokoh dalam sejarah Islam.
    Tokoh-tokoh seperti:
    Usamah bin Zaid:
    - Pemimpin angkatan tentera Islam semasa umur 18 tahun.
    Ibnu Sina:
    - Jadi doktor semasa umur 18 tahun.
    - Menghasilkan buku-buku penulisan dalam pelabagi bidang sejak umur 20 tahun.

    Kesimpulannya, tidak ada alasan yang munasabah bagi kita untuk kita mendakwa bahawa kita tidak mampu untuk mencapai kecemerlangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SKL MA AL MA'ARIF TULUNGAGUNG 2020

 Silahkan klik link dibawah ini untuk donwload  SKL SEMENTARA https://drive.google.com/file/d/1uEcViLkbX7vk72_wO3UW5U-HNojsgMj4/view?usp=...