10 Adab dan Etika Berdoa Menurut Al Ghazali
Adab dan Etika Berdoa Menurut Al Ghazali ada 10 (sepuluh). Ke 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa tersebut akan diuraikan nanti. sebelumnya, perlu pembaca Materi Dakwah Islam dan Kultum
ketahui bahwa menurut para fuqaha’, ahli hadis, dan jumhur ulama dari
segala penjuru baik khalaf maun salaf berpendapat kalau berdoa itu
sangat dianjurkan. Sebagaimana yang ayat tentang doa yang tertera dalam
QS al-Mukmin 60 dan QS al-A’raf 55.
Doa adalah ekspresi keterbutuhan seorang hamba kepada Sang Khaliq, Allah SWT. Berarti dengan doa manusia mengakui sebagai makhluk yang lemah. Tanpa bantuan dan kekuatan Allah, apa yang diinginkan manusia sangat mustahil tercapai. Memang pada tataran konkrit, kuasa manusia tidak mampu menandingi kuasa Allah dalam segala hal. Sekalipun manusia diperintahkan untuk berusaha sebatas kemampuan, namun berhasil dan tidaknya sangat tergantung kepada kemurahan Allah SWT.
Agar doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh Allah, manusia harus mengetahui syarat-syarat dan adab atau etika berdoa. Di antara syarat yang harus diperhatikan adalah ketika berdoa adalah makanannya harus halal. manusia-manusia korup dan suka mengambil hak orang lain, pada tataran tertentu sangat mungkin tidak dikabulkan doanya oleh Allah. Misalnya seorang koruptor yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi, maka sekalipun dia berdoa dengan meneteskan air mata darah untuk dibebaskan dari hukuman sangatlah tidak mungkin terkabul.
Syarat lain agar doa manusia dikabulkan oleh Allah adalah khusyu’, tetap fokus serta menghadirkan hati (khudhuril qalbi) didapan Allah. Maksudnya adalah, saat akan, sedang dan sesudah berdoa kita tetap fokus kepada Allah. Mulut, pikiran, hati dan tindakan dijaga dari kemaksiatan kepada Allah. Orang-orang yang tunduk, taat dan patuh kepada Allah lebih banyak doanya dikabulkan.
Adapun 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa menurut Al Ghazali adalah sebagai berikut :
Pertama, memilih waktu-waktu yang tepat untuk berdoa. Waktu berdoa yang tepat antara lain adalah hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, dan sepertiga malam yang terakhir.
hal ini tidak berarti, hari dan waktu lain selain yang di atas tidak boleh digunakan untuk berdoa.
Kedua, berdoa pada kondisim yang tepat. Kondisi-kondisi tertentu seseorang ada yang sangat manjur atau maqbul untuk berdoa. Misalnya adalah ketika bersujud. Pada saat bersujud, manusia sangat dekat dan merendah di hadapan Allah maka gunakan untuk memohon kepadanya setelah membaca bacaan sujud.
Kondisi yang tepat lainnya untuk berdoa adalah ketika berhadap-hadapan dengan tentara musuh, ketika turun hujan, ketika akan dan sesudah shalat. Ketika akan dan sesudah mendirikan shalat maksudnya adalah sambil menunggu muadzin membaca iqamat tanda shalat dimulai, kita berdzikir dan berdoa kepada Allah. Demikian juga ketika selesai shalat, manfaatkan untuk berdoa, jangan langsung berdiri dan meninggalkan tempat shalat.
Ketiga, menghadap ke arah Ka’bah, mengangkat kedua tangan dan mengusapkannya ke wajah setelah doanya berakhir.
Keempat, merendahkan dan mempelankan suara.
Kelima, menggunakan bahasa yang sederhana. Dalam berdoa tidak diperlukan kalimat-kalimat puitis atau sajak. Menggunakan bahasa yang merendah dan penuh harap adalah sesuatu yang tepat.
Dalam berdoa tidak boleh menggunakan kalimat seperti bersilat lidah dan melampaui batas. Juga tidak perlu menggunakan kalimat yang panjang. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa dalam berdoa tidak perlu menggunakan lebih dari tujuh kalimat.
Keenam, berdoa dengan penuh harap dan khusnudhan atau positive thinking kepada Allah, khusyu’ dan fokus, serta takut. Untuk kontek ini Allah telah menjelaskan dalam QS. Al-Anbiya’ : 90 dan QS. Al-A’raf : 55.
Ketujuh, menaruh harapan yang besar kepada Allah, yakin bahwa doanya akan dikabulkan serta sangat jauh dari keraguan.
Kedelapan, Sungguh-sungguh dan serius dalam berdoa. Seseorang yang sedang berdoa harus benar-benar fokus dan tidak bermain-main atau sambil bersenda gurou. Mengulangi doanya hingga tiga kali dan tidak diperkenankan merasa doanya lama dikabulkan oleh Allah.
Kesembilan, Mengawali dan mengakhiri doa kepada Allah dengan berdzikir dan memuji-Nya dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW.
Kesepuluh, adab dan etika berdoa yang kesepuluh ini merupakan yang terpenting. Sebelum berdoa beratubatlah kepada Allah atas segala dosa yang telah dilakukan. Apabila pernah berbuat dhalim dan merugikan kepada orang lain maka harus meminta maaf kepadanya serta mengembalikan haknya yang telah dirampas.
Demikian ke 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa menurut Al-Ghazali. Semoga doa kita senantiasa dikabulkan oleh Allah. Amien.
Doa adalah ekspresi keterbutuhan seorang hamba kepada Sang Khaliq, Allah SWT. Berarti dengan doa manusia mengakui sebagai makhluk yang lemah. Tanpa bantuan dan kekuatan Allah, apa yang diinginkan manusia sangat mustahil tercapai. Memang pada tataran konkrit, kuasa manusia tidak mampu menandingi kuasa Allah dalam segala hal. Sekalipun manusia diperintahkan untuk berusaha sebatas kemampuan, namun berhasil dan tidaknya sangat tergantung kepada kemurahan Allah SWT.
Agar doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh Allah, manusia harus mengetahui syarat-syarat dan adab atau etika berdoa. Di antara syarat yang harus diperhatikan adalah ketika berdoa adalah makanannya harus halal. manusia-manusia korup dan suka mengambil hak orang lain, pada tataran tertentu sangat mungkin tidak dikabulkan doanya oleh Allah. Misalnya seorang koruptor yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi, maka sekalipun dia berdoa dengan meneteskan air mata darah untuk dibebaskan dari hukuman sangatlah tidak mungkin terkabul.
Syarat lain agar doa manusia dikabulkan oleh Allah adalah khusyu’, tetap fokus serta menghadirkan hati (khudhuril qalbi) didapan Allah. Maksudnya adalah, saat akan, sedang dan sesudah berdoa kita tetap fokus kepada Allah. Mulut, pikiran, hati dan tindakan dijaga dari kemaksiatan kepada Allah. Orang-orang yang tunduk, taat dan patuh kepada Allah lebih banyak doanya dikabulkan.
Adapun 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa menurut Al Ghazali adalah sebagai berikut :
Pertama, memilih waktu-waktu yang tepat untuk berdoa. Waktu berdoa yang tepat antara lain adalah hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, dan sepertiga malam yang terakhir.
hal ini tidak berarti, hari dan waktu lain selain yang di atas tidak boleh digunakan untuk berdoa.
Kedua, berdoa pada kondisim yang tepat. Kondisi-kondisi tertentu seseorang ada yang sangat manjur atau maqbul untuk berdoa. Misalnya adalah ketika bersujud. Pada saat bersujud, manusia sangat dekat dan merendah di hadapan Allah maka gunakan untuk memohon kepadanya setelah membaca bacaan sujud.
Kondisi yang tepat lainnya untuk berdoa adalah ketika berhadap-hadapan dengan tentara musuh, ketika turun hujan, ketika akan dan sesudah shalat. Ketika akan dan sesudah mendirikan shalat maksudnya adalah sambil menunggu muadzin membaca iqamat tanda shalat dimulai, kita berdzikir dan berdoa kepada Allah. Demikian juga ketika selesai shalat, manfaatkan untuk berdoa, jangan langsung berdiri dan meninggalkan tempat shalat.
Ketiga, menghadap ke arah Ka’bah, mengangkat kedua tangan dan mengusapkannya ke wajah setelah doanya berakhir.
Keempat, merendahkan dan mempelankan suara.
Kelima, menggunakan bahasa yang sederhana. Dalam berdoa tidak diperlukan kalimat-kalimat puitis atau sajak. Menggunakan bahasa yang merendah dan penuh harap adalah sesuatu yang tepat.
Dalam berdoa tidak boleh menggunakan kalimat seperti bersilat lidah dan melampaui batas. Juga tidak perlu menggunakan kalimat yang panjang. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa dalam berdoa tidak perlu menggunakan lebih dari tujuh kalimat.
Keenam, berdoa dengan penuh harap dan khusnudhan atau positive thinking kepada Allah, khusyu’ dan fokus, serta takut. Untuk kontek ini Allah telah menjelaskan dalam QS. Al-Anbiya’ : 90 dan QS. Al-A’raf : 55.
Ketujuh, menaruh harapan yang besar kepada Allah, yakin bahwa doanya akan dikabulkan serta sangat jauh dari keraguan.
Kedelapan, Sungguh-sungguh dan serius dalam berdoa. Seseorang yang sedang berdoa harus benar-benar fokus dan tidak bermain-main atau sambil bersenda gurou. Mengulangi doanya hingga tiga kali dan tidak diperkenankan merasa doanya lama dikabulkan oleh Allah.
Kesembilan, Mengawali dan mengakhiri doa kepada Allah dengan berdzikir dan memuji-Nya dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW.
Kesepuluh, adab dan etika berdoa yang kesepuluh ini merupakan yang terpenting. Sebelum berdoa beratubatlah kepada Allah atas segala dosa yang telah dilakukan. Apabila pernah berbuat dhalim dan merugikan kepada orang lain maka harus meminta maaf kepadanya serta mengembalikan haknya yang telah dirampas.
Demikian ke 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa menurut Al-Ghazali. Semoga doa kita senantiasa dikabulkan oleh Allah. Amien.
Artikel Terkait
- Tuntunan dan Pedoman Hidup bertetangga
- Do’a Menghilangkan Sifat Pemarah
- Manfaat Menahan Marah Bagi Fisik, Kesehatan dan Rohani
- Akhlak atau Etika Keseharian Muslim
- Etika, Tata cara, dan Manfaat Tidur
- Hidup indah dengan akhlak terpuji (2)
- Hidup indah dengan akhlak terpuji (1)
- Bagaimana Sebaiknya Bila Sedang Marah?
- Ajaran Islam Tentang Bicara
10 Adab dan Etika Berdoa Menurut Al Ghazali yang sedang Anda baca merupakan judul posting yang dipersembahkan oleh Materi Dakwah Islam dan Kultum kali ini. Sebagaimana yang lain, posting dengan judul 10 Adab dan Etika Berdoa Menurut Al Ghazali ini diharapkan menjadi materi dakwah Islam, materi kultum, materi ceramah Ramadhan, khutbah Jum'at dan bacaan islami bagi semuanya. Dalam blog ini juga tersedia buku-buku dan ebook islami gratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar